Credo Union Modifikasi (CUM) adalah komunitas dalam jemaat gereja
(baca:GBKP) yang menjadi perpanjangan tangan perlayanan (diakonia)
transformatif. Komunitas CUM hadir ditengah perkembangan gereja saat ini yang
menghadapi berbagai tantangan dari kemajuan sosial, ekonomi dan budaya
dunia. Gerakan diakonia transformative
ditengah jemaat dan masyarakat mengupayakan pelayanan holistik dengan
mensinergikan semua potensi yang ada.
Berbagai kemajuan yang nampak dalam jemaat dan masyarakat sebenarnya belum
mampu mewujudkan peningkatan kesejahteraan bersama. Masih banyak anggota Jemaat
secara khusus dan masyarakat secara umum yang miskin, terlilit hutang, terlibat
tindakan kriminal (mencuri, merampok, menipu, dst) untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Belum lagi paham hedonisme, matrealisime, konsumerisme,
dan egosime mencemari pola pikir generasi manusia. Konsep hidup manusia semakin
tidak jelas.
Oleh karena itu setiap harinya kehidupan jemaat dan masyarakat selalu
dibayang-bayangi ketakutan. Setiap harinya media masa selalu memberitakan
berbagai tidakan kriminal. Televisi dan radio mengabarkan pencurian,
pembunuhan, perampokan dst. Ditambah tekanan hidup yang menimbulkan stres yang
berakhir dengan bunuh diri, korupsi dan suap para pejabat, penggusuran lahan
karena kalah dalam pengadilan, HIV/AIDS dan
sakit yang tak dapat disembuhkan, Penipuan berkedok penggadaan uang,
narkoba, traficking, dll. Selain itu tantangan persaingan dalam
Perekonomian/perdagangan Bebas (AFTA) tak dapat disepelekan. Masyarakat yang
dibayang-bayangi kemiskinan dan bencana alam.
Kesemuanya itu mengalahkan berita tentang sukacita dalam Syalom Tuhan
yang kita selalu baca dalam kitab suci (baca : Alkitab).
Alkitab menyaksikan berbagai potensi-potensi yang telah disediakan Tuhan
melalui alam, maupun pemikiran manusia telah disediakan dan dilihat baik (
lih.Kej.1-2). Sebenarnya itu semua dapat menjadi kekuatan untuk mentrasformasi
situasi. Terlebih gereja melalui CUM dapat menjangkaunya melalui pelayanan
komunitas diakoknia ini mempercepat transformasi disemua aspek kehidupan jemaat
dan masyarakat.
Hingga tahun 2015 komunitas CUM sendiri dalam pelayanan GBKP telah banyak
berdiri, sebagai mana dalam tabel berikut.
No.
|
Unit/Perwakilan CUM
|
Manager/Pengelola
|
Alamat/Kedudukan
|
1
|
Anthiokia
|
Pdt.Miron
Y. Sitepu
|
Se-Klasis
Kabanjahe-Tigapanah
|
2
|
Sada
Arih
|
Pdt.Novita
HR.br Surbakti
|
GBKP
Bawang
|
3
|
Tamariska
|
Pdt.Miron
Y. Sitepu
|
GBKP
Tigapanah
|
4
|
Gloria
|
Pdt.Novita
R.br Surbakti
|
GBKP
Sinaman
|
5
|
Sadanioga
|
Pdt.Petros
A. Sitepu
|
Lintas
Runggun Klasis Dairi
|
6
|
Kekelengen
|
Pdt.Petros
A. Sitepu
|
GBKP
Taneh Pinem
|
7
|
Sejahtera
|
Badan
Pusat CUM
|
Se-Klasis
Tigabinanga
|
8
|
Klasis LauBaleng
|
Pdt.Miron
Y. Sitepu
|
Se-Klasis
Lau Baleng
|
9
|
MENARA
|
Pdt.Ita
Serivina br Tarigan
|
Se-Klasis
Menara
|
10
|
KASILA
|
Pdt.Tetap
Rasta U. br Tarigan
|
Se-Klasis
Kuala Langkat
|
11
|
Anugerah
Mandiri
|
Pdt.
Frida D. br Purba
|
GBKP
Bidaayu Batam
|
12
|
Peduli
Kasih
|
Badan
Pusat CUM
|
GBKP
Indrapura
|
13
|
Kasih
Sejahtera
|
Badan
Pusat CUM
|
GBKP
Tebing Tinggi
|
14
|
Kekelengen
|
Pdt.Orpha
br Purba
|
Se-Klasis
Berastagi
|
15
|
Mitra
Kasih
|
Pdt.
Perinatalia br Sitepu
|
Se-KLasis
Lubuk Pakam
|
16
|
Ulih
Arih Ersada
|
Pdt.
Kristiani F. br Tarigan
|
GBKP
Basam
|
17
|
Sempabu
|
Pdt.
Kristiani F. br Tarigan
|
GBKP
Tiga Jumpa
|
18
|
Kekelengen
|
Pdt.Ana
Juli M. br Surbakti
|
Se-Klasis
Pancurbatu
|
19
|
Erguna
|
Pdt.Ana
Juli M. br Surbakti
|
Se-Klasis
Sibolangit
|
20
|
Radu
Sikelengen
|
Staff
|
Perwakilan
GBKP Balige
|
21
|
Arih
Ersada
|
Badan
Pusat CUM
|
GBKP
Raya
|
22
|
Simpar
Pemere
|
Pdt.Novaldes
Colia
|
GBKP
Ujung Teran
|
23
|
Semangat
|
Staff
|
Perwakilan
GBKP Semangat
|
24
|
Perdita
|
Pdt.Lestari br Tarigan
|
GBKP Tiga Juhar Lubuk
Pakam
|
25
|
Staff
|
Klasis Binjai Langkat
|
|
26
|
Pdt. Emas Dina
|
Klasis Sinabun
|
Keberadaan Unit dan perwakilan CUM diatas sangatlah menggembirakan. Baik
dari periode pendirian, pengelolaan, jumlah anggota serta kepercayaan dalam
bentuk asset telah memperlihatkan potensi yang luarbiasa.
Melihat dari panggilan komunitas CUM
yakni panggilan Kristiani untuk saling tolong-menolong (bdk. Kisah Para Rasul 2:41-
47), maka seharusnya dalam pelayanannya terlihat buah yang baik. Hal ini
berkaitan dengan program panggilan Gereja untuk terlibat dalam permasalahan sosial,
ekonomi dan budaya. Misalnya tentang permasalahan kesenjangan sosial antara
orang yang telah mendapat berkat dari Tuhan yang melebihi dari yang lain dalam
wujud materi atau dalam istilah umum antara orang kaya
dan orang miskin dan yang tertindas dan ditindas dalam nilai sosialn dan perekonomiannya.
Gereja melalui CUM harus menyatakan syalom bagi seluruh jemaat (Matius 6:33) dan
masyarakat. Dengan kata lain jemaat yang telah mendapatkan berkat dari TUHAN
akan memberikan sebagian berkatnya itu bagi orang yang membutuhkan dalam upaya
yang memandirikan dan memberdayakan sehingga mereka sendiripun mampu berdikari.
Mendalami fungsi CUM di atas maka melalui komunitas ini kehadiran Gereja tidaklah
ekslusif melainkan Gereja yang membaur atau inklusif dengan masyarakat sekitar. Komunitas ini jadi perpanjangan tangan Firman Tuhan dalam Jeremia 29:7 “Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada
TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”.
Kendala-kendala yang dihadapi CUM berasal
dari internal dan eksternal. Kendala internal yakni konsep atau pemahaman tentang
ekonomi dan usaha peningkatannya, pengenalan dan pemanfaatan potensi yang ada
maupun cara-cara bijak untuk berbagi menolong orang lain (Bdk. Tahun Jobel
dalam Imamat 25). Sedangkan kendala eksternal yakni sistem ekonomi saat ini baik
secara mikro maupun makro, pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung (petani, pedagang/pengusaha, pejabat/pemerintah) menentukan situasi
ekonomi.
Untuk itu para pengambil keputusan yang berkaitan dengan CUM sebagai bagian
dari pelayanan diakonia transfomatif yakni Moderamen GBKP, BP. Klasis-klasis, BP.
Runggun, pendeta, pengurus, pengelola (manager dan staff) dan anggota seharusnya
memiliki kesamaan visi dan misi dalam penanganan kendala tersebut. Hal ini
mutlak diperlukan dalam pengembangan komunitas CUM di tengah jemaat dan
masyarakat yang haus akan kasih Tuhan.
Perlu diingat kembali bagaimana GBKP dengan Visinya “Berlaku Sebagai Tubuh Kristus” (2010-2015) menargetkan keterlibatan
anggota jemaat dalam setiap pelayanan Gereja, salah satunya pelayanan meningkatkan
perekonomian. Tujuan utamanya adalah agar GBKP menjadi lembaga yang mengembangkan
pelayanan holistik (menyeluruh). Visi jangka panjang GBKP yaitu “Menjadi “kawan sekerja” Pembawa Rahmat
Allah” (2030), dalam hal ini berarti GBKP menghadirkan karunia Allah yang
membawa kebaikan hidup Spiritual
(pemulihan, penyembuhan, sukacita, damai sejahtera), Material (kesehatan, ekonomi dan keuangan, pekerjaan,
karier, harta benda), Sosial
(persaudaraan, pergaulan sosial, jodoh, rumah tangga, anak), dan keutuhan
ciptaan.
Lebih jauh, Dr.
MP. Ambarita, mengingat permasalahan pokok
perekonomian Indanesia, maka muncul
penggagas-penggagas perekonomian nasional yang Pro-Kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan di mana pemerintah dalam pembangunan ekonomi nasional
memperhatikan pengentasan kemiskinam dan pengangguran yang merajalela.Untuk
mewujudkan perekonomian Indonesia yang Pro- Rakyat secara keseluruhan maka
peranan lembaga-lembaga kemasyarakatan seharusnya juga
terlibat membantu dalam program tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dari kegiatan pertemuan dan studi banding yang dilakukan Badan Pusat Cum
GBKP terlihat bagaimana perkembangan kegiatan CUM
yang dilaksanakan oleh Gereja-gereja pada akhir-akhir ini telah menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan dan melegakan masyarakat sekitarnya,
masyarakat manfaat immaterial dan material. Melalui CUM, Gereja-gereja yang telah wujudkan pemberdayaan jemaat dan masyarakat sekitar melalui
CUM antara lain HKBP, GBKP, dan
GKPS, dan data-data kegiatan operasionalnya telah dapat secara keuangan
memotifasi anggota-anggota jemaat menempatkan dana-dana peribadi
utuk dimanfaatkan CUM bagi
kegiatan-kegiatan yang meningkat kesejahteraan anggota persekutuan anggota
tersebut.
Dasar teologia yaitu panggilan Gereja utuk mewujudkan Trilogy panggilan Gereja yaitu Koinonia, Marturia,
dan Diakonia tak dapat dilepaspisahkan dari CUM
sebagai wadah persekutuan jemaat, mengaplikasikannya sebagai panggilan
Kristiani yaitu mengasihi sesama manusia berlandaskan berdiakonia.
CUM menjadi wadah pembelajaran dalam pelayanan gereja untuk mentransformasi
berbagai tantangan di dunia untuk mewujudkan syalom Allah. Misi CUM merupakan
misi gereja. Dengan demikian setiap elemen CUM yang bersinergi dalam
pengembangan komunitas ini, secara otomatis telah mengembangkan pelayanan
gereja.
Oleh sebab itu sangatlah penting sinergi dalam pengelolaan CUM tidak hanya
sebatas pengumpulan saham namun bagaimana mengelola berbagai potensi. Sinergi
ini menciptakan jejaring kesejahtraan (syalom). Dengannya juga akan timbul
sentra-sentra ekonomi yang berbasis kerakyatan yang diberkati Tuhan. Disana
Gereja berdiakonia yang berkoinonia, berdiakonia yang bermarturia, berdiakonia
berbasis teologi Syalom. Gereja melalui CUM bukti Syalom Tuhan bagi jemaat dan
masyarakat dalam Era perekonomian dan perdagangan bebas seperti AFTA ditingkat
ASEAN tahun 2015 serta tingkat Asia Pasifik telah nyata. (Pdt. Petros Abiatar Sitepu, S.Th/posting by Humas BAPUS CUM Pdt. Miron Sitepu, S.Th)
SELAMAT DAN SUKSES PENDIDIKAN PENGURUS CUM GBKP,
11-12 FEBRUARI 2015, Juma Lingga YKPC Alpa Omega GBKP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar