Selasa, 03 Februari 2015

CREDO UNION MODIFIKASI MENUJU ERA BARU PELAYANAN DIAKONIA TRANSFORMATIF GEREJA


Credo Union Modifikasi (CUM) adalah komunitas dalam jemaat gereja (baca:GBKP) yang menjadi perpanjangan tangan perlayanan (diakonia) transformatif. Komunitas CUM hadir ditengah perkembangan gereja saat ini yang menghadapi berbagai tantangan dari kemajuan sosial, ekonomi dan budaya dunia.  Gerakan diakonia transformative ditengah jemaat dan masyarakat mengupayakan pelayanan holistik dengan mensinergikan semua potensi yang ada.
Berbagai kemajuan yang nampak dalam jemaat dan masyarakat sebenarnya belum mampu mewujudkan peningkatan kesejahteraan bersama. Masih banyak anggota Jemaat secara khusus dan masyarakat secara umum yang miskin, terlilit hutang, terlibat tindakan kriminal (mencuri, merampok, menipu, dst) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Belum lagi paham hedonisme, matrealisime, konsumerisme, dan egosime mencemari pola pikir generasi manusia. Konsep hidup manusia semakin tidak jelas.
Oleh karena itu setiap harinya kehidupan jemaat dan masyarakat selalu dibayang-bayangi ketakutan. Setiap harinya media masa selalu memberitakan berbagai tidakan kriminal. Televisi dan radio mengabarkan pencurian, pembunuhan, perampokan dst. Ditambah tekanan hidup yang menimbulkan stres yang berakhir dengan bunuh diri, korupsi dan suap para pejabat, penggusuran lahan karena kalah dalam pengadilan, HIV/AIDS dan  sakit yang tak dapat disembuhkan, Penipuan berkedok penggadaan uang, narkoba, traficking, dll. Selain itu tantangan persaingan dalam Perekonomian/perdagangan Bebas (AFTA) tak dapat disepelekan. Masyarakat yang dibayang-bayangi kemiskinan dan bencana alam.  Kesemuanya itu mengalahkan berita tentang sukacita dalam Syalom Tuhan yang kita selalu baca dalam kitab suci (baca : Alkitab). 
Alkitab menyaksikan berbagai potensi-potensi yang telah disediakan Tuhan melalui alam, maupun pemikiran manusia telah disediakan dan dilihat baik ( lih.Kej.1-2). Sebenarnya itu semua dapat menjadi kekuatan untuk mentrasformasi situasi. Terlebih gereja melalui CUM dapat menjangkaunya melalui pelayanan komunitas diakoknia ini mempercepat transformasi disemua aspek kehidupan jemaat dan masyarakat.
Hingga tahun 2015 komunitas CUM sendiri dalam pelayanan GBKP telah banyak berdiri, sebagai mana dalam tabel berikut.   
No.
Unit/Perwakilan CUM
Manager/Pengelola
Alamat/Kedudukan
1
Anthiokia
Pdt.Miron Y. Sitepu
Se-Klasis Kabanjahe-Tigapanah
2
Sada Arih
Pdt.Novita HR.br Surbakti
GBKP Bawang
3
Tamariska
Pdt.Miron Y. Sitepu
GBKP Tigapanah
4
Gloria
Pdt.Novita R.br Surbakti
GBKP Sinaman
5
Sadanioga
Pdt.Petros A. Sitepu 
Lintas Runggun Klasis Dairi
6
Kekelengen
Pdt.Petros A. Sitepu 
GBKP Taneh Pinem
7
Sejahtera
Badan Pusat CUM
Se-Klasis Tigabinanga
8
Klasis LauBaleng
Pdt.Miron Y. Sitepu
Se-Klasis Lau Baleng
9
MENARA
Pdt.Ita Serivina br Tarigan
Se-Klasis Menara
10
KASILA
Pdt.Tetap Rasta U. br Tarigan
Se-Klasis Kuala Langkat
11
Anugerah Mandiri
Pdt. Frida D. br Purba
GBKP Bidaayu Batam
12
Peduli Kasih
Badan Pusat CUM
GBKP Indrapura
13
Kasih Sejahtera 
Badan Pusat CUM
GBKP Tebing Tinggi
14
Kekelengen 
Pdt.Orpha br Purba
Se-Klasis Berastagi
15
Mitra Kasih
Pdt. Perinatalia br Sitepu
Se-KLasis Lubuk Pakam
16
Ulih Arih Ersada
Pdt. Kristiani F. br Tarigan
GBKP Basam
17
Sempabu
Pdt. Kristiani F. br Tarigan
GBKP Tiga Jumpa
18
Kekelengen
Pdt.Ana Juli M. br Surbakti
Se-Klasis Pancurbatu
19
Erguna
Pdt.Ana Juli M. br Surbakti
Se-Klasis Sibolangit
20
Radu Sikelengen
Staff
Perwakilan GBKP Balige
21
Arih Ersada
Badan Pusat CUM
GBKP Raya
22
Simpar Pemere
Pdt.Novaldes Colia
GBKP Ujung Teran
23
Semangat
Staff
Perwakilan GBKP Semangat
24
Perdita 
Pdt.Lestari br Tarigan 
GBKP Tiga Juhar Lubuk Pakam
25
Staff
Klasis Binjai Langkat
26
Pdt. Emas Dina
Klasis Sinabun

Keberadaan Unit dan perwakilan CUM diatas sangatlah menggembirakan. Baik dari periode pendirian, pengelolaan, jumlah anggota serta kepercayaan dalam bentuk asset telah memperlihatkan potensi yang luarbiasa.  
Melihat dari panggilan komunitas CUM yakni panggilan Kristiani untuk saling tolong-menolong (bdk. Kisah Para Rasul 2:41- 47), maka seharusnya dalam pelayanannya terlihat buah yang baik. Hal ini berkaitan dengan program panggilan Gereja untuk terlibat dalam permasalahan sosial, ekonomi dan budaya. Misalnya tentang permasalahan kesenjangan sosial antara orang yang telah mendapat berkat dari Tuhan yang melebihi dari yang lain dalam wujud materi atau dalam istilah umum antara orang kaya dan orang miskin dan yang tertindas dan ditindas dalam nilai sosialn dan perekonomiannya. Gereja melalui CUM harus menyatakan syalom bagi seluruh jemaat (Matius 6:33) dan masyarakat. Dengan kata lain jemaat yang telah mendapatkan berkat dari TUHAN akan memberikan sebagian berkatnya itu bagi orang yang membutuhkan dalam upaya yang memandirikan dan memberdayakan sehingga mereka sendiripun mampu berdikari.
Mendalami fungsi CUM di atas maka melalui komunitas ini kehadiran Gereja tidaklah ekslusif melainkan Gereja yang membaur atau inklusif dengan masyarakat sekitar. Komunitas ini jadi perpanjangan tangan Firman Tuhan dalam Jeremia 29:7Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”.
  Kendala-kendala yang dihadapi CUM berasal dari internal dan eksternal. Kendala internal yakni konsep atau pemahaman tentang ekonomi dan usaha peningkatannya, pengenalan dan pemanfaatan potensi yang ada maupun cara-cara bijak untuk berbagi menolong orang lain (Bdk. Tahun Jobel dalam Imamat 25). Sedangkan kendala eksternal yakni sistem ekonomi saat ini baik secara mikro maupun makro, pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung (petani, pedagang/pengusaha, pejabat/pemerintah) menentukan situasi ekonomi.
Untuk itu para pengambil keputusan yang berkaitan dengan CUM sebagai bagian dari pelayanan diakonia transfomatif yakni Moderamen GBKP, BP. Klasis-klasis, BP. Runggun, pendeta, pengurus, pengelola (manager dan staff) dan anggota seharusnya memiliki kesamaan visi dan misi dalam penanganan kendala tersebut. Hal ini mutlak diperlukan dalam pengembangan komunitas CUM di tengah jemaat dan masyarakat yang haus akan kasih Tuhan.
Perlu diingat kembali bagaimana GBKP dengan Visinya “Berlaku Sebagai Tubuh Kristus” (2010-2015) menargetkan keterlibatan anggota jemaat dalam setiap pelayanan Gereja, salah satunya pelayanan meningkatkan perekonomian. Tujuan utamanya adalah agar GBKP menjadi lembaga yang mengembangkan pelayanan holistik (menyeluruh). Visi jangka panjang GBKP yaitu “Menjadi “kawan sekerja” Pembawa Rahmat Allah” (2030), dalam hal ini berarti GBKP menghadirkan karunia Allah yang membawa kebaikan hidup Spiritual (pemulihan, penyembuhan, sukacita, damai sejahtera), Material (kesehatan, ekonomi dan keuangan, pekerjaan, karier, harta benda), Sosial (persaudaraan, pergaulan sosial, jodoh, rumah tangga, anak), dan keutuhan ciptaan.
Lebih jauh, Dr. MP. Ambarita, mengingat permasalahan pokok perekonomian Indanesia, maka muncul penggagas-penggagas perekonomian nasional yang Pro-Kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan di mana pemerintah dalam pembangunan ekonomi nasional memperhatikan pengentasan kemiskinam dan pengangguran yang merajalela.Untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang Pro- Rakyat secara keseluruhan maka peranan lembaga-lembaga kemasyarakatan seharusnya juga terlibat membantu dalam program tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dari kegiatan pertemuan dan studi banding yang dilakukan Badan Pusat Cum GBKP terlihat bagaimana perkembangan kegiatan CUM yang dilaksanakan oleh Gereja-gereja pada akhir-akhir ini telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dan melegakan masyarakat sekitarnya, masyarakat manfaat immaterial dan material. Melalui CUM, Gereja-gereja yang telah wujudkan pemberdayaan jemaat dan masyarakat sekitar melalui CUM antara lain HKBP, GBKP, dan GKPS, dan data-data kegiatan operasionalnya telah dapat secara keuangan memotifasi anggota-anggota jemaat menempatkan dana-dana peribadi utuk dimanfaatkan CUM bagi kegiatan-kegiatan yang meningkat kesejahteraan anggota persekutuan anggota tersebut.
Dasar teologia yaitu panggilan Gereja utuk mewujudkan Trilogy panggilan Gereja yaitu Koinonia, Marturia, dan Diakonia tak dapat dilepaspisahkan dari CUM sebagai wadah persekutuan jemaat, mengaplikasikannya sebagai panggilan Kristiani yaitu mengasihi sesama manusia berlandaskan berdiakonia.
CUM menjadi wadah pembelajaran dalam pelayanan gereja untuk mentransformasi berbagai tantangan di dunia untuk mewujudkan syalom Allah. Misi CUM merupakan misi gereja. Dengan demikian setiap elemen CUM yang bersinergi dalam pengembangan komunitas ini, secara otomatis telah mengembangkan pelayanan gereja.
Oleh sebab itu sangatlah penting sinergi dalam pengelolaan CUM tidak hanya sebatas pengumpulan saham namun bagaimana mengelola berbagai potensi. Sinergi ini menciptakan jejaring kesejahtraan (syalom). Dengannya juga akan timbul sentra-sentra ekonomi yang berbasis kerakyatan yang diberkati Tuhan. Disana Gereja berdiakonia yang berkoinonia, berdiakonia yang bermarturia, berdiakonia berbasis teologi Syalom. Gereja melalui CUM bukti Syalom Tuhan bagi jemaat dan masyarakat dalam Era perekonomian dan perdagangan bebas seperti AFTA ditingkat ASEAN tahun 2015 serta tingkat Asia Pasifik telah nyata. (Pdt. Petros Abiatar Sitepu, S.Th/posting by Humas BAPUS CUM Pdt. Miron Sitepu, S.Th)
   

 SELAMAT DAN SUKSES PENDIDIKAN PENGURUS CUM GBKP,
11-12 FEBRUARI 2015, Juma Lingga YKPC Alpa Omega GBKP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar